MAKALAH
BIOLOGI SEL
“NUKLEUS”
OLEH:
1.
TRISNA
RIZKI OCTORIA (E1A015059)
2.
TRIYATMI
BUDIARSIH (E1A015060)
3.
VITA
FITRIANTI (E1A015063)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2016
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
1. Nukleus........................................................................................................................ 4
Gambar
2. Ahli yang Berpendapat Tentang Sel ........................................................................... 5
Gambar
3. Penemu Nukleus.......................................................................................................... 5
Gambar
4. Struktur dan Komponen Nukleus................................................................................ 6
Gambar
5. Struktur Membran Nukleus ........................................................................................ 8
Gambar
6. Struktur Pori pada Membran Inti................................................................................ 9
Gambar
7. Struktur Kromatin pada Inti...................................................................................... 10
Gambar
8. Struktur kromosom.................................................................................................... 11
Gambar
9. Struktur nukleolus..................................................................................................... 14
Gambar
10. Sel Prokariotik dan Eukariotik................................................................................ 14
Gambar
11. Transport Molekul dari dan Keluar Nukleus........................................................... 16
Gambar 12. Proses Transkripsi di
Nukleus dan Proses Translasi di Ribosom............................. 17
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI ................................................................................................................................ i
DAFTAR
GAMBAR .................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Inti Sel (Nukleus)............................................................................................. 3
B. Sejarah
Penemuan dan Perkembangan Teori
tentang Inti Sel
(Nukleus).......................................................................................... ....... 4
C. Struktur
dan Komponen penyusun Nukleus............................................................... ....... 6
D. Perbedaan
Inti Sel pada Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik............................................ 14
E. Fungsi
Nukleus........................................................................................................... ..... 15
F. Penyakit
yang Diakbibatkan oleh Kerusakan Nukleus............................................... ..... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................ ..... 19
B. Saran................................................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sel
adalah suatu unit massa protoplasma, biasanya merupakan satuan struktural dan
fungsional terkecil mahkluk, yang terdiri atas nukleus dan sitoplasma serta
diselimuti oleh membran plasma pada hewan dan dibungkus dinding sel mati pada
tumbuhan. Selain bagian-bagian tersebut, pada sel yang sudah maju terdapat
organel sel lain seperti mitokondria, ribosom, reticulum endoplasma, apparatus
golgi, lisosom, vakuola, kloroplas, dan peroksisom. Setiap organel tersebut
memiliki struktur dan fungsi tersendiri. Salah satu organel paling penting bagi
kehidupan sel adalah nukleus (inti sel). Nukleus merupakan struktur yang
terdapat hampir di dalam semua sel mahkluk, umumnya berbentuk bulat atau oval
dengan membran yang relatife tetap bentuknya dan biasanya terletak di
tengah-tengah sel. Nukleus berperan aktif sebagai pengendali seluruh kegiatan
sel. Tanpa adanya nukleus, maka seluruh kegiatan-kegiatan sel tidak dapat
berlangsung. Dengan demikian, terhambatnya kegiatan sel tentu akan mengganggu fungsi
jaringan serta organ dalam tubuh mahkluk hidup dan tanpa adanya nukleus maka
sel tidak akan dapat hidup dalam waktu yang lama. Dengan adanya fungsi tersebut
tentunya nukleus memiliki struktur dan komponen yang khas sebagai penopang
fungsinya. Struktur dan komponen nukleus akan membantu dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya.
Setiap
bagian sel tersebut tersusun dalam suatu organisasi yang dapat mengatur seluruh
kegiatan yang ada di dalam sel, sehingga sel dapat menjalankan fungsinya dengan
baik. Kegiatan di dalam sel sangat beragam sehingga memerlukan suatu
koordinasi, dan pusat koordinasi sel tersebut berada di dalam nukleus. Dengan
adanya nukleus maka seluruh kegiatan yang ada di dalam sel dapat berjalan
dengan baik sehingga sel dapat dikatakan sebagai sel yang aktif. Dengan
memahami sel sebagai unit yang paling mendasar, maka untuk mempelajari fenomena
yang lebih besar seperti jaringan, organ, dan sistem organ akan lebih mudah dan
baik dalam memahaminya. Adapun bahasan tentang nukleus merupakan salah satu
bahasan yang penting untuk dikaji, sebab yang mengontrol seluruh kegiatan sel
adalah nukleus yang di dalamnya terdapat materi genetic berupa RNA dan DNA. Apalagi sebagai seorang mahasiswa pendidikan
biologi, bekal ilmu yang berkaitan dengan biologi yang paling mendasar untuk
dipahami sebelum menjadi pendidik adalah sel yang di dalamnya terdapat nukleus,
baik struktur, fungsi, dan komponen yang membangun nukleus tersebut. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah
tentang nukleus ini sebagai salah satu kegiatan untuk menambah wawasan dan
pemahaman berarti atau permakna terkait dengan nukleus.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang
terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan nukleus ?
2.
Bagaimana sejarah penemuan dan
perkembangan teori tentang nukleus ?
3.
Bagaimana struktur dan komponen penyusun
nukleus ?
4.
Bagaimana perbedaan nukleus pada sel
prokaryotik dengan sel eukariotik ?
5.
Apa fungsi atau peranan nukleus bagi sel
maupun sistem kehidupan ?
6.
Apakah penyakit yang ditimbulkan akibat
kerusakan nukleus ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui dan memahami apa yang
dimaksud dengan nukleus (inti sel).
2.
Untuk mengetahui sejarah penemuan dan perkembangan
teori tentang nukleus.
3.
Untuk mengetahui dan memahami struktur
dan komponen penyusun nukleus.
4.
Untuk mengetahui dan menganalisis
perbedaan nukleus pada sel prokariotik dengan sel eukariotik.
5.
Untuk mengetahui fungsi atau peranan
nukleus bagi sel maupun sistem kehidupan.
6.
Untuk mengetahui penyakit yang
ditimbulkan akibat kerusakan nukleus.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Nukleus
Dalam
biologi sel, nukleus berasal dari bahasa Latin yaitu “nucleus” atau “nuculeus”
yang berarti “kernel” atau “biji”. Nukleus merupakan pusat
pengendali sel, nukleus mengontrol berbagai macam metabolisme dan aktivitas
maupun hereditas sel. sinonim dari nuukleus dalam bahasa yunani adalah karion.
Nukleus merupakan fitur yang membedakan sel eukariotik sehingga disebut true
cell, dengan sel prokariotik yang tidak memiliki nukleus sejati (nukleoid).
Menurut pendapat ahli Vincent Alfrey (1968) bahwa, “The cell nucleus,
central and commanding, is essential for the biosynthetic events that
characterize cell type and cell fraction; it is a vault of genetic information
encoding the past history and future prospects of the cell, an organelle
submerged and deceptively serene in its sea of turbulent cytoplasm, a firm and
purposeful guide, a barometer exquisitely sensitive to the changing demands of
the organism and its environment. This is our subject — to be examined in terms
of its ultrastructure, composition and function.” Yang artinya “nukleus sel adalah pusat dan pemberi
pemerintah, merupakan struktur esensial untuk terjadinya bisintesis yang
merupakan pembentuk karakter tipe sel dan fraksi sel, nukleus sel merupakan
berangkas informasi genetik yang mengkode sejarah masa lalu dan prospek masa
depan dari sel, sebuah organel yang berada pada lautan turbulen sitoplasma
merupakan pembimbing yang tegas dan memiliki tujuan merupakan barometer
kesensitifan akan perubahan organisme dan lingkungan. ini adalah bahasan
kita-untuk dipelajari struktur komposisi dan fungsinya”.
Ukuran
inti bervariasi antara sel yang satu dengan sel yang lain. Pada umumnya inti
sel lebih besar pada sel yang lebih besar daripada sel yang kecil, tetapi untuk
sel yang sejenis ukurannya relative tetap, ada dalam hamper semua sel-sel
mamalia dengan diameter antara 5-10 nm. Bentuk inti juga bervariasi pada
sel-sel yang berbeda, hal ini penting untuk identifikasi sel-sel. Inti biasanya
bulat atau oval dalam sel kubis, sedangkan sel kolumnar atau sel fusiformis
mempunyai inti yang lonjong sesuai dengan sumbu panjang sel. Sel-sel tertentu
mempunyai inti berlobi, contohnya megakariosit dan lekosit granular. Inti sel
juga bervariasi dalam bentuknya pada sel yang sama, hal ini berkaitan dengan
fase-fase aktivitas sel yang berbeda. Pada beberapa sel, penimbunan bahan-bahan
dalam sitoplasma mengakibatkan inti menjadi gepeng, misalnya karena penimbunan
bahan sekresi dalam sel kelenjar mukosa atau oleh penimbunan lipid dalam sel
lemak. Jika timbunan bahan ini dilepaskan dari sel, maka inti menjadi bulat
lagi. Jumlah inti dalam kebanyakan sel
adalah satu, tetapi misalnya dalam sel hati sering terdapat dua inti dan
osteoklas dalam jaringan tulang adalah khas untuk sel-sel berinti banyak sampai
mencapai 100 inti atau lebih. Sinsia adalah masa sitiplasma yang besar yang
berisi inti yang sangat banyak, contohnya serat otot skelet.
Gambar 1. Nukleus ( Johnson, 2006:
80)
B.
Sejarah
Penemuan Nukleus dan Perkembangan Teori Nukleus
Sel adalah suatu unit massa
protoplasma, biasanya merupakan satuan struktural dan fungsional terkecil
mahkluk, yang terdiri atas nukleus dan sitoplasma serta diselimuti oleh membran
plasma pada hewan dan dibungkus dinding sel mati pada tumbuhan. Evolusi sains
seringkali berada sejajar dengan penemuan peralatan yang memperluas indera
manusia untuk bisa memasuki batas-batas baru. Penemuan dan kajian awal tentang
sel memperoleh kemajuan sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop
pada abad ke tujuh belas. Sehingga mikroskop sejak awal tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah penemuan sel, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Galileo
Galilei (awal abad 17), dengan alat dua lensa menggambarkan struktur tipis dari
mata serangga. Galilei sebenarnya bukan seorang biologiwan pertama yang
mencatat hasil pengamatan biologi melalui mikroskop.
2. Robert
Hook (1635-1703), melihat gambaran satu sayatan tipis gabus suatu kompertemen
atau ruang-ruang disebut dengan nama Latin cellulae
(ruangan kecil), asal mula nama sel.
3. Anton
van Leeuwenhoek (24 Oktober 1632-26 Agustus 1723), menggunakan lensa-lensa
untuk melihat beragam spermatozoa, bakteri, dan protista.
4. Robert
Brown (1733-1858), pada tahun 1820 merancang lensa yang dapat lebih fokus untuk
mengamati sel. Titik buram yang selalu ada pada sel telur, sel polen, sel dari
jaringan anggrek yang sedang tumbuh. Titik buram disebut sebagai nukleus.
5. Matias
Jacob Schleiden pada tahun 1838 berpendapat bahwa ada hubungan yang erat antara
nukleus dan perkembangan sel.
6. Teodor
Schwan (1810-1830), sel adalah bagian dari organisme.
7.
Rudolf Virchow
(1821-1902) Seorang ahli fisiologi Menyatakan bahwa sel membelah menjadi dua
sel Setiap sel berasal dari sel yang sudah ada
(a) (b)
Gambar
2. Teodor Schwan (a); Rudolf Virchow
(b) (Ahli Yang Berpendapat Tentang Sel) (sumber: http://bangkusekolah.com/2015/06/23/sejarah-penemuan-sel/)
Gambar 3. Robert
Brown (Penemu Nukleus) (Sumber: http://bangkusekolah.com/2015/06/23/sejarah-penemuan-sel/)
Dari
sejarah singkat penemuan sel tersebut, diketahui bahwa nukleus pertama kali
diidentifikasikan oleh Robert Brown pada tahun 1931. Selanjutnya banyak
penelitian-penelitian yang dilakukan untuk meneliti nukleus. Tahun 1910 Koosel
meneliti komposisi kimianya, tahun 1942 R. Fulgen dan H. Rossenbeak menemukan
cara mengetes DNA, J.D.Watson dan Crick menemukan struktur DNA pada tahun 1953,
tahun 1957 A.R.Todd menemukan adanya nukleotida pada nukleus. Robert Brown
menyatakan bahwa nukleus merupakan bagian yang penting dari sel. Pentingnya
nukleus itu dalam menentukan apa yang dilakukan sitoplasma telah diperagakan
oleh biologiawan Jerman theodor Boveri. Dengan mengguncangkan keras-keras, ia
berhasil mengeluarkan nucleus dari telur suatu spesies hewan laut genus Spaerechinus.
Kemudian telur-telur “tanpa nucleus” itu di buahi dengan sperma binatang laut
Echinus. Sel sperma jauh lebih kecil daripada sel telur. Di dalamnya ada
nucleus dan ekor untuk bergerak. Dalam proses pembuahan, nucleus menembus
telur. Jadi, pembuahan telur tanpa nucleus Spherechinus oleh sperma Echinus
menghasilkan penambahan satu macam nucleus bagi yang lain. Rangsangan pembuahan
itu menyebabkan telur mengalami pembelahan sel dan tumbuhlah menjadi larva baru
urkin laut.
C.
Struktur
dan Komponen Penyusun Nukleus
Inti
sel merupakan bagian sel yang paling mencolok di antara organel-organel di
dalam sel. Pada sel eukariotik, inti sel dibatasi oleh membran inti memiliki
pori berukuran 60 nm. Membran inti berguna untuk pertukaran materi antara
nukleoplasma (plasma inti) dengan sitoplasma. Nukleoplasma mengandung nukleolus
(anak inti) dan kromosom. Nukleoplasma merupakan tempat pembentukan dan
pematangan RNA ribosomal (salah satu bahan pembentuk ribosom). Struktur
kromosom terlihat dengan jelas pada saat sel melakukan pembelahan (tahap
metafase). Pada sel yang tidak membelah (tahap interfase) shanya benang-benang
kromatin saja yang terlihat.
Gambar
4. Struktur dan Komponen Nukleus (sumber:
Berikut ini adalah penjelasan mengenai struktur dan
komponen penyusun nukleus:
1.
Membrane nucleus
Pada sajian dengan
mikroskop cahaya,inti dibatasi secara jelas oleh garis warna gelap yang disebut
membrane nucleus yang tampak sebagai suatu membrane tipis. Dengan
mikroskop electron, membrane nukleus
terdiri atas dua membrane kosentris yang membungkus ruang perinuklear yang
sempit. Kedua membrane itu adalah jenis trilaminar dan tebalnya sekitar 7 nm.
Ruang perinuklear biasanya mempunyai lebar sekitar 15 nm dan menunjukkan
densitas electron yang rendah.
Permukaan luar membrane
sitoplasma sering mempunyai ribosom yang melekat dan membrane ini sering
berhubungan dengan reticulum endoplasma, baik yang kasar maupun yang halus.
Dengan berakhirnya mitosis, dan selam itu inti hilang, membrane nucleus diganti oleh bagian-bagian reticulum
endoplasma. Selanjutnya, ruang perinuklear terisi oleh protein , misalnya dalam
sel plasma yang menghasilkan antibody. Karena itu selubung inti dianggap
sebagai bagian integral reticulum endoplasma dan ruang perinuklear yang sering
disebut sebagai sisterna perinuklear.
Gambar 5. Struktur membran nukleus
(Sumber: https://wordbiology.wordpress.com/2009/09/07/nukleus/)
Pada stadium interval
kedua membrane selubung inti menjadi satu dengan membentuk kompleks pori-pori, yang
agak longgar dan menvangkup sekitar 10% dari daerah permukaan membrane nukleus.
Kompleks pori-pori terdiri atas lubang bulat yang disebut pori-pori. Pori-pori
ini mempunyai diameter sekitar 70 nm dan berisi filament-filamen halus dan
butiran terpendam dalam substansi yang homogeny, sering tampak sebuah butiran
dibagian tengahnya. Kompleks pori-pori
juga terdiri atas anulus yang terdiri atas filament halus atau butiran-butiran
yang sedikit menjorok ke lumen pori-pori.
Pentingnya membrane
nucleus ternyata terletak pada permeabilitasnya untuk mempengaruhi pertukaran
zat-zat antara plasma inti dan sitoplasma sel. Ion-ion dan molekul dengan berat
molekul kurang dari 1000 akan lewat dengan mudah dan cepat melalui membrane
nucleus. Selain itu, sejumlah molekul-molekul dan partikel-partikel yang lebih
besar termasuk protein-protein dan ribonukleoprotein yang dapat melalui
membrane nucleus. Pertukaran zat-zat tersebut dilakukan secara selektif dan
terjadi dengan kecepatan rendah pada ukuran yang makin besar, dengan batas
ukuran terbesar sekitar 10 nm. Dari percobaan-percobaan terbukti bahwa
pori-pori merupakan tempat transport yang utama untuk molekul-molekul besar dan
partikel-partikel ribonukleoprotein yang secara langsung tampak di pori-pori,
mungkin dalam perjalanannya menuju ke sitoplasma. Bahan-bahan disekeliling
kompleks pori-pori diduga untuk mengontrol ukuran partikel, tetapi mekanismenya
tidak hanya bergantung pada diameter pori-pori. Feldherr mengemukakan hipotesis
bahwa bahan-bahan disekeliling pori-pori mungkin mengatur aktifitas sel dengan
mengontrol lewatnya makromolekul. Meskipun lewatnya molekul melalui kompleks
pori-pori merupakan jalur utama transport makromolekul, namun tampak jalur
langsung melalui membrane nucleus pada sel-sel tertentu, terutama dalam bentuk
transport vesikel, tetapi mungkin juga dengan menembus langsung melalui membran.
Gambar 6. Struktur Pori
pada Membran Inti (Wayne M.Becker, et all. 2004: 543)
Pori nukleus tersusun
atas 4 subunit, yaitu:
a. Subunit
kolom berfungsi dalam pembentukan dinding
pori nukleus.
b. Subunit
anular berguna untuk membentuk spoke yang
mengarah menuju tengah dari pori nukleus.
c. Subunit
lumenal mengandung protein transmembran
yang menempelkan kompleks pori nukleus pada membran nukleus.
d.
Subunit ring berfungsi untuk membentuk permukaan sitosolik (berhadapan
dengan sitoplasma) dan nuklear (berhadapan dengan nukleoplasma) dari kompleks
pori nukleus.
Fungsi membran nukleus sangat rumit, di satu pihak
selubung nukleus merupakan suatu pembatas, di pihak lain karena berpori maka
juga berfungsi sebagai sarana pengangkutan antar kompartemen (ruangan).
Berdasarkan strukturnya terdapat tiga cara pengangkutan dari dan ke sitoplasma,
yaitu:
a.
Cara pertama
adalah dengan melewati pori nukleus.
b.
Cara kedua adalah
pengangkutan melalui selaput dalam menuju ke ruang perinukleus dan diteruskan
ke sisterna (lumen) retikulum endoplasma.
c.
Cara ketiga adalah
dengan jalan pinositosis.
Sifat
membran inti yang tak permeabel terhadap sebagian besar molekul membuat nukleus
memerlukan pori
inti agar molekul dapat bergerak
melintasi membran. Pori nukleus bagaikan terowongan yang terletak pada membran
nukleus yang berfungsi menghubungkan nukleoplasma dengan sitosol. Fungsi utama dari pori nukleus adalah untuk sarana
pertukaran molekul antara nukleus dengan sitoplasma. Molekul yang keluar,
kebanyakan mRNA, digunakan untuk sintesis protein.
Meskipun
bagian dalam nukleus tidak mengandung badan yang dibatasi oleh membran, isi
nukleus tidak seragam dan memiliki beberapa badan subnukleus yang terbentuk
dari protein-protein unik, molekul RNA, serta gugus DNA. Contoh utama dari badan subnukleus
adalah nukleolus, yang terutama terlibat dalam pembentukan ribosom. Setelah
diproduksi oleh nukleolus, ribosom diekspor ke sitoplasma untuk menjalankan fungsi translasi
mRNA.
2.
Kromatin dan kromosom
Kromatin adalah istilah
untuk bahan inti yang berisi DNA. Oleh sebab itu, kromatin adalah tempat untuk
sifat-sifat yang diturunkan (heriditer), karena DNA membentuk materi genetic.
Asal kata kromatin dipakai dalam histologi adalah sebagai istilah untuk zat
yang yang bersifat basofil dalam inti, yang merupakan bagian utama pada
kromosom yang sedang mengalami mitosis.
Kromatin yang basofil itu karena berisi DNA, tetapi selain itu kromatin juga
berisi protein-protein dasar (histon-histon), protein-protein lain dan mungkin
juga sejumlah RNA. DNA melekat pada protein histon dalam bentuk
deoksiribonukleoprotein (DNP).
Gambar 7. Struktur
Kromatin pada Inti (Johnson, 2006: 80)
Pada mulanya,
pengenalan reaksi Feulgen yang spesifik untuk DNA merupakan dasar untuk memberi
nama kromatin. Namun kromatin tidak mencangkup anak inti, yang meskipun sangat
basofil member reaksi Feulgen negative, karena sifat basofil anak inti terutama
berisi RNA. Selain itu, istilah kromatin juga mencangkup daerah inti yang pada
sajian histologik tampak jernih atau kosong, karena kromatin berwarna pucat
atau tidak berwarna dengan zat-zat warna histologist atau dengan cara Feulgen.
Tidak terwarnanya kromatin di daerah ini karena kromatin tersebar, sedangkan
kromatin yang berada dalam keadaan menggumpal terwarna berkelompok. Pada tahun
1920, Heitz memperlihatkan dengan analisa yang hati-hati bahwa,
komponen-komponen kromatin yang terwarna gelap terdiri atas kromosom-kromosom
atau segmen kromosom yang tetap padat pada interfase. Sebaliknya, kebanyakan
segmen-segmen kromosom hanya memadat selama mitosis, tetapi memucat atau
melebar selama interfase, dimana kromatin tampak tersebar.
Daerah-daerah kromatin
yang memadat atau heterokromatin pada inti interfase, dalam sebagian besar
sel-sel mempunyai tiga tempat yang khas. Gumpalan-gumpalan yang tersebar dalam
plasma inti dengan berbagai macam bentuk dan ukuran disebut kariosom, sering
dikaitkan dengan benang-benang halus yang membentuk jala-jala. Lebih lanjut,
kromatin tepi tampak sebagai gumpalan padat dalam berbagai ukuran melekat pada
selubung inti. Akhirnya, kromatin yang berkaitan dengan anak inti mengelilingi
anak inti seperti cincin, dengan juluran cabang-cabangnya ke dalam anak inti.
Informasi genetic dan
informasi sitogenetik menunjukkan secara jelas adanya struktur kromosom
berbentuk seperti garis, adalah tidak mungkin untuk menunjukkan kromosom
interfase secara terpisah dengan mikroskop electron. Semua penemuan telah
menunjukkan bahwa selalu terdapat
filamen-filamen dan serat-serat umumnya berubah diameternya menjadi
lebih besar dari pada DNA Watson-Crick double helix dengan diameter 2.0 nm.
Gambar 8. Struktur kromosom (Sumber:
http://www.materisma.com/2014/08/penjelasan-bentuk-dan-ukuran-kromosom.html)
Pada sajian eukromatin
dalam inti stadium interfase, penampang filament-filament sekarang disebut
nukleofilamen adalah sekitar 10 nm dan filament demikian sudah diamati
merupakan kontinuitas dengan heterokromatin. Heterokromatin terdiri atas
filament-filament yang mirip dengan nukleofilament dalam eukromatin, tetapi
tersusun lebih rapat. Kromosom metaphase tampak dalam sajian yang terdiri tas
campuran nukleofilamen 10 nm dan serat-serat dengan diameter 25 nm. Pada sajian yang dibuat secara utuh (whole
mount), kromosom metaphase tampak terdiri atas lipatan-lipatan serat setebal 25
nm membentuk gambaran seperti jerat yang kompleks.
Komponen utama kromatin
adalah kompleks protein DNA dan percobaan-percobaan dengan enzim cerna tripsin
terhadap serat-serat 25 nm menunjukkan bahwa tiap serat terdiri atas satu
molekul DNA dengan penampang 2 nm yaitu satu Watson-Crick double helix. Susunan
yang tepat dari molekul DNA dan protein yang tampak dalam struktur halus
nukleofilamen dan serat kromatin masih diperdebatkan, seperti juga hal
sebenarnya kndensasi dalam heterokromatin dan dalam kromosom metaphase. Namun,
pada akhir-akhir ini telah dikembangkan, penyelidikan kromatin yang telah
dipisahkan dengan cara penjernihan, bahwa nucleus filament dari kromsom
interfase membentuk partikel-partikel yang dihubungkan oleh benang halus,
sehingga tampak seperti untaian manic-manik. Partikel-partikel atau manic-manik
itu disebut nukleusom dan DNA tampak seperti benang melingkar setebal 2 nm dan
menghubungkan tiap nukleusom. Tiap nukleusom terdiri atas bagian tengah inti
yang terdiri atas molekul-molekul histon.
Nukleusom ini dikaitkan dengan sekitar 190 pasang DNA, diamana yang 140
membuat segmen melingkari inti histon, sedangkan sisanya yang 50 pasang
membentuk tali yang menghubungkan manic-manik. Serat kromatin setebal 25 nm
diduga sebagai akibat lengkungan lebih lanjut dari nukleofilamen menjadi
bangunan super spiral. Nampaknaya, beberapa tempat kromatin yang mengalami
transkripsi disusun menjadi struktur seperti nukleusom, tetapi pada sisi lain
tampak jelas bahwa nukleosom mempunyai pengaruh penting pada tempat-tempat
terjadinya transkripsi.
3.
Nucleolus
Pada sel hidup, anak
inti tampak sangat refraktil berbentuk bulat atau oval. dengan mikroskop cahaya
anak inti biasanya terwarna jelas dengan zat warna basa, tetapi akan tampak
bervariasi tingkat basofil dan asodofilnya pada jenis sel yang berbeda. Pewarna
basofil karena berisi ribokleo protein (RNP). Anak inti sering dilingkari cincin basofil yang memberi
reaksi Feulgen positif yang disebut kromatin sekeliling anak inti, yang dapat
meluas ke substansi anak inti. Ukuran anak inti bervariasi pada jenis sel yang
berbeda dan juga pada jenis sel yang sama selama keadaan fungsional yang
berbeda. Khususnya anak inti yang besar tampak dalam sel-sel yang giat
melakukan sintesis protein, misalnya pada sel-sel embrio dan sel-sel kelenjar
yang sedang mensintesa protein. Sebaliknya, anak inti mungkin tidak tampak
dalam sel yang tidak mensintesa protein, misalnya spermatozoa. jumlah anak inti juga bervariasi. Anak inti
dibentuk pada kromosom tertentu pada tempat yang disebut daerah penyusun anak
inti. daerah ini sering dikenali dalam masing – masing kromosom sebagai
pengerutan yang disebut pengerutan sekunder ( jenis pengerutan sekunder yang lain
juga terjadi) untuk membedakan dari pengerutan primer. Jumlah seluruh daerah
penyusun anak inti ditentukan oleh beberapa banyak anak inti berada dalam
spesies yang bersangkutan. Ada 10 dalam satuan kromosom manusia. Namun pada
kebanyakan sel hanya terdapat 1 – 4 anak inti, yang tergantung pada gen yang
inaktif dalam beberapa daerah penyusun anak ini atau menjadi satunya sejumlah
daerah-daerah ini, yang selanjutnya bersama-sama membentuk anak inti yang
tunggal. Hal ini telah diamati secara sinematografi pada sel-sel hidup. jika
sel mengalami mitosis, anak menghilang dan nantinya tampak lagi dalam inti
sel-sel turunannya. Anak inti kemudian muncul dalam kaitannya dengan daerah
penyusun anak inti, yang mana keduanya tetap berkaitan.
Anak inti memunyai berbagai
tempat dalam inti. Misalnya, anak inti mungkin terletak dekat permukaan dalam
selubung inti. Suatu anak inti tunggal yang besar biasanya terletak di tengah
inti. Pada sel yang jarang mensintesa
protein, mempunyai inti kecil dengan kromatin yang padat dan jarang terlihat
anak inti, anak inti mungkin tertutup oleh massa kromatin, seperti misalnya
pada limfosit. Berlainan dengan ini, anak inti yang besar dan terwarna jelas
biasanya tampak dalam inti yang besar dengan eukromatin pucat dan sangat aktif
mensintesa protein, misalnya pada sel-sel kelenjar dan sel sel saraf .
Struktur nukleolus tersusun dari:
a. Zona
granular
Zona granular terdapat pada bagian tepi,
butiran-butiran padat dengan ukuran sekitar 150-200 Ã…, serta mengandung protein
ribonukleat.
b. Zona
fibrilar atau nukleolonema
Zona fibrilar berupa serat-serat dengan
ukuran 50-60 Ã… terdiri dari protein ribonukleat. Komponen ini terdapat di
tengah-tengah inti. Karena daerah granuler dan daerah fibriler keduanya dicerna
oleh enzim ribonuklease, maka diduga keras kedua daerah tersebut mengandung
ribosom.
c. Zona
amorf
Zona amorf hanya terdapat pada nukleolus
tertentu. Daerah amorf merupakan daerah yang mengandung matriks anak inti yang
digunakan untuk mengikat 2 komponen yaitu zona granuler dan zona fibriler. Matriks
ini merupakan bahan protein.
d. Kromatin
nucleolus
Bagian ini tersusun dari serat-serat
tebal lebih kurang 100 Ã… mengandung ADN pada bagian tertentu. Di sekitar anak
inti terdapat khromatin yang berbentuk sebagai benang-benang halus setebal 10
nm. Adanya khromatin yang mengelilingi anak inti menyebabkan warna basofil pada
pengamatan dengan mikroskop cahaya. Pada anak inti yang berukuran besar,
kadang-kadang terlihat butir-butir yang diduga adalah butir-butir khromatin.
Gambar 9. Struktur
nukleolus (Sumber: http://www.yourarticlelibrary.com/biology/components-of-living-cell-and-their-functions/23047/)
Ada
3 jenis nukleoli :
a. Berongga
Pada jenis berongga ada lubang-lubang terang di
dalam daerah yang gelap.
b. Padat
Pada jenis padat tak ada lubang-lubang terang,
semua bagian nukleolus homogen.
c. Cincin
Pada jenis cincin daerah gelap membentuk
cincin di sebelah luar bagian terang yang berupa lubang besar di tengah.
Fungsi
utama nukleolus adalah untuk pembentukan ribosom dengan cara perakitan protein
ribosom dan r-RNA.
4.
Cairan inti (karioplasma)
Cairan inti atau karioplasma merupakan larutan koloidal yang mempunyai
sifat-sifat seperti protoplasma pada umumnya.
Dibandingkan dengan sitoplasma maka karioplasma mempunyai
derajat kekentalan lebih tinggi dan mempunyai hubungan dengan sitoplasma melalui porus nuclearis sehingga bahan-bahan yang dibutuhkan oleh inti sel dapat diambil dari sitoplasma sedangkan bahan-bahan yang diperlukan dalam sitoplasma dapat keluar
dari inti sel masuk ke sitoplasma. Berdasarkan usul beberapa orang ahli, cairan inti ini kemudian juga
dinamakan substansi interkromatin.
D.
Perbedaan
Nukleus pada sel prokariotik dan sel eukariotik
Perbedaan utama antara
sel prokariotik dan sel eukariotik adalah lokasi DNA-nya, seperti yang
tercermin dalam nama kedua jenis ini. Prokariotik berasal dari bahasa Yunani pro yang berarti sebelum dan karyon yang berarti bagian dalam biji
yang disini mengacu pada nukleus. Sedangkan eukariotik berasal dari kata eu yang berarti sejati dan karyon yang berarti bagian dalam biji
yang mengacu pada nukleus. Dalam sel eukariotik (eukaryotic cell), sebagian besar DNA berada dalam organel yang
disebut nukleus, yang dibatasi oleh membran ganda. Sedangkan dalam sel
prokariotik DNA terkonsentrasi di wilayah yang tidak diselubungi oleh membran
yang disebut dengan nukleoid.
Gambar 10. Sel Prokariotik dan
Eukariotik (sumber: http://www.biologipedia.com/perbedaan-sel-prokariotik-dan-eukariotik.html)
Ukuran sel yang kecil dan keberadaan dua jenis asam nukleat dalam
sel sangat mempersulit untuk menyatakan inti sel prokariotik secara sitokimia.
Meskipun demikian metode sitologi klasik dan akhirnya dengan teknik lapisan
ultramikrotomi disertai elektronmikroskopi telah memberikan pengetahuan, bahwa
bakteri mengandung DNA, dan bahwa DNA ini tidak tersebar secara difusi dalam
sitoplasma, tetapi terlokalisasi pada daerah atau tempat tertentu dan bahwa
tempat-tempat ini membagi diri dahulu sebelum terjadi pembelahan .
Penjelasan mengenai susunan struktur inti bakteri baru dapat
diketahui dengan mikroskopi elektron dari irisan sel-sel bakteri menggunakan
ultramikrotom. Untuk mendapat gambaran optimum dari struktur halus alamiah inti
sel, diperlukan metode fiksasi tertentu (dengan osmium tetraoksida uranilasetat
dan asam fosfotungstat) pada kondisi tertentu. Daerah inti sesuatu sel bakteri
diisi secara merata dengan benang-benang amat halus. Daerah inti ini, yaitu
nukleoplasma, dalam gambaran elektronmikroskopi Nampak kurang dipadati kalau
dibandingkan dengan sitoplasmanya yang mengandung ribosom. Struktur membran
yang memisahkan kedua daerah ini tidak dapat dinyatakan .
E.
Fungsi
atau Peranan Nukleus Bagi Sel Maupun Sistem Kehidupan
Nukleus memainkan peran yang sangat penting dalam sel.
Peranan nukleus dalam hal ini adalah untuk mengatur dan mengontrol segala
aktifitas kehidupan sel. Nukleus berfungsi mengendalikan sifat-sifat suatu
organisme dan bertanggung jawab untuk sintesis protein, pembelahan sel,
pertumbuhan dan diferensiasi. Berikut
adalah beberapa fungsi dari nukleus.
Gambar
11. Transport Molekul dari dan Keluar Nukleus (Wayne M Becker, et all. 2004 :
545)
1. Sebagai tempat penyimpanan materi
herediter atau informasi genetik yang akan diwariskan kepada keturuna atau sel
anak. Informasi
genetik ini disimpan dalam suatu molekul polinukleutida yang disebut DNA (Deoxyribonucleic acid). DNA pada umumnya
tersebar di dalam nukleus sebagai matriks seperti benang yang disebut kromatin.
Ketika sel akan memulai membelah, kromatin akan berkondensasi membentuk
struktur yang lebih padat dan memendek yang selanjutnya disebut kromosom.
Kromosom tersusun atas molekul DNA dan protein histon. Struktur di dalam nukleus yang merupakan tempat berkonsentrasinya molekul
DNA adalah nukleolus (anak
inti).
2. Mengatur
dan mengontrol segala aktivitas kehidupan sel. Peran ini dilakukan oleh DNA
yang terdapat di dalam nukleus. Di dalam struktur DNA, terkode informasi
genetik yang memprogram semua aktivitas sel. Akan tetapi DNA sendiri tidak
terlibat langsung dalam pelaksaaan fungsi biologis sel, mirip dengan software komputer. Adapun yang
melaksanakan fungsi biologis sel kebanyakan adalah protein.
3. Tempat subunit ribosom dan RNA
dibuat. Peran ini dikarenakan pada nukleus terdapat nukleolus (anak inti).
Dalam nucleolus, sejenis RNA yang disebut dengan RNA ribosom (ribosomal RNA, rRNA) disintesis
berdasarkan instruksi di dalam DNA. Di dalam nucleolus protein-protein yang
diimpor dari sitoplasma dirakit dengan rRNA menjadi subunit ribosom berukuran
besar dan kecil. Subunit-subunit ini kemudian keluar dari nukleus melalui pori
nukleus menuju sitoplasma, tempat satu subunit besar dan satu subunit kecil
dapat merakit diri menjadi satu ribosom.
4. Mengorganisasikan gen saat terjadi
pembelahan sel, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta
mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan
diakhiri.
Gambar 12. Proses Transkripsi di Nukleus dan Proses
Translasi di Ribosom(Sumber:http://biologigonz.blogspot.co.id/2009/11/sintesa-protein-2.html)
Proses
transkripsi berlangsung di dalam inti sel (nukleus) atau di
dalam matriks pada mitokondria dan plastida. Proses transkripsi adalah proses
sintesa RNA dari template DNA, bedanya basa RNA adalah Urasil (U) sebagai
gantinya timin (T). Jadi bila dalam untai DNA A maka hasil transkripsinya
adalah U dan bila pada DNA T, maka pada RNA menjadi A, bila pada DNA C maka
hasil transkripsi pada RNA adalah G dan sebaliknya. Contoh untai DNA
AAACCGGCAAAA maka untai molekul RNA hasil transkripsi adalah RNA UUUGGCCGUUUU.
Proses transkripsi dimulai ketika enzim RNA polimerase
berkontak dengan protein pada DNA yang disebut promotor. Setelah tahap
transkripsi dimulai dari proses yang disebut inisiasi, yaitu ketika enzim RNA
polimerase bergabung dengan promotor. Pada
tiap gen, promotor hanya mengkode untuk mentranskripsi satu untai DNA saja.
Bagian yang ditranskripsi berbeda antara satu gen dengan gen lainnya. Tahap
transkripsi berikutnya adalah pemanjangan RNA, RNA terpisah atau menjauh dari
DNA templatenya, sehingga kedua untai DNA dapat bergabung lagi menuju ke tahap
ketiga. Tahap ketiga transkripsi adalah
terminasi, yaitu ketika RNA polimerase mencapai urutan basa tertentu yang
disebut terminator.
Dalam
proses transkripsi DNA mensintesa RNA, yang terdiri dari RNA-t (transfer).
RNA-r (ribosom) dan RNA-m (messenger).
RNA-t dan RNA-m ditransfer ke dalam sitoplasma, sedang RNA-r dirakit dulu di
dalam nukleolus, masuk ke bakal ribosom, baru kemudian merembes ke sitoplasma
bersama ribosom-ribosom itu. Ketiga macam RNA bekerja sama untuk mensintesa
protein dari asam amino yang ada dalam sitoplasma. RNA-m membuat ribosom dalam
sitoplasma akan beruntai, membentuk suatu untaian yang terdiri dari 5-7 ribosom
disebut polisom (istilah
polisom ini biasanya teruntuk bagi ribosom bebas). Asam-asam amino diangkut
RNA-t ke dalam ribosom, kemudian terjadi proses yang disebut translasi (menerjemahkan).
Artinya, informasi genetis
yang dicetak oleh DNA inti pada RNA-m, diterjemahkan oleh
untaian ribosom jadi untaian asam amino (peptida), yang akhirnya jadi protein
(polipeptida).
Sebelum sel
membelah, lebih dulu DNA dalam kromatin mengganda (replikasi). Terbentuk DNA-DNA anak yang merupakan cetakan juga
dari DNA induk. Transkripsi dan replikasi memerlukan beberapa zat, yakni ATP,
nukleosida, fosfat, ribosa, histon (protein yang jadi pelilitan DNA), protein
non-histon, asam amino, dan yang sangat menentukan hadirnya enzim-enzim khusus.
Jadi bukan hanya RNA dan ribosom yang hanya keluar inti lewat selaput inti
dalam proses transkripsi, tapi juga terjadi transfort arah sebaliknya. Yakni
dengan masuknya berbagai zat yang dibutuhkan untuk aktivitas DNA tadi dari
sitoplasma ke dalam inti. Jika kromatin sedang melakukan transkripsi, oleh
hadirnya enzim polimerase, pilinan untaian molekul DNAnya akan melonggar, dan
ia dalam fase eukromatin. Kalau nanti ia tak aktif lagi melakukan transkripsi,
akan kembali berada dalam fase heterokromatin.
Suatu
kromatin melakukan transkripsi bergantung kepada kebutuhan sel. Untuk ini ada
proses umpan-balik (feedback). Jika
zat yang di sintesa sudah cukup banyak, transkripsi akan berhenti, maka daerah
kromatin yang bersangkutan akan berada dalam fase heterokromatin. Jika suatu
ketika ada daerah kromatin lain yang perlu melakukan transkripsi, sesuai dengan
kebutuhan, maka dari fase hetero, ia akan berubah jadi eu-kromatin, dan
terjadilah pelonggaran pilinan DNA, dan dengan demikian terjadilah transkripsi.
F. Penyakit
yang Diakibatkan oleh Kerusakan Nukleus
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nukleus merupakan
organel umum pada sel eukariotik. Nukleus diselubungi oleh 2 membran konsentris
yang membentuk nuclear envelop, dan nukleus mengandung molekul DNA yang
merupakan polimer pengkode informasi genetik organisme. Nukleus pertama kali ditemukan oleh Robert Brown pada
tahun 1931. Inti sel (nukleus) terdiri dari 4 komponen penyusun, yaitu: membran
inti, nukleolus, kromatin dan kromosom serta cairan inti (karioplasma). Selanjutnya,
perbedaan utama antara sel prokariotik dan sel eukariotik adalah lokasi
DNA-nya, dimana pada sel prokariotik tidak terdapat membran inti sehingga inti
selnya tidak jelas sedangkan pada sel eukariotik memiliki membran inti sehingga
inti selnya terihat jelas. Nukleus memainkan peran yang sangat penting dalam
sel. Peranan nukleus dalam hal ini adalah untuk mengatur dan mengontrol segala
aktifitas kehidupan sel. Nukleus berfungsi sebagai tempat penyimpanan materi herediter atau informasi
genetik,
tempat subunit ribosom dan RNA dibuat,
mengendalikan
sifat-sifat suatu organisme dan bertanggung jawab untuk sintesis protein,
pembelahan sel, pertumbuhan dan diferensiasi. Kerusakan nukleus sebagai
pengontrol seluruh aktivitas sel akan menyebabkan kerusakan pula pada sel,
ketika sel rusak maka jaringan juga rusak, setelah itu organ yang rusak dan
mempengaruhi sistem organ yang akan menyebabkan terjadinya komplikasi pada
sistem organ tersebut. Jika sudah sistem organ yang mengalami komplikasi, maka
tidak ada lagi kehidupan bagi seorang individu.
B.
saran
Dalam
mempelajari tentang sel tentu akan dipelajari pula organel-organel penyusun sel
tersebut. Salah satunya adalah nukleus. Nukleus merupakan pengontrol seluruh
aktivitas sel yang di dalamnya terdapat materi genetik berupa RNA/DNA. Untuk
itu, sangat penting untuk mempelajari nukleus. Dengan penulisan makalah tentang
nukleus ini, semoga dapat menambah wawasan bagi penyusun maupun pembaca. Jika
ada salah informasi yang ditulis dalam makalah ini, penyusun mohon kritikan dan
sarannya agar penyusun dapat memperbaiki kesalahan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2009. Sintesa Protein. Diakses dari
http://biologigonz.blogspot.co.id/2009/11/sintesa-protein-2.html
pada
tanggal 29 November 2016 pukul 15:30 WITA.
______.
2009. Nukleus. Diakses dari
https://wordbiology.wordpress.com/2009/09/07/nukleus/
pada tanggal 29 November 2016 pukul 15.32 WITA.
______. 2010. Struktur
dan Fungsi Nukleus. Diakses dari
http://oryza-sativa135rsh.blogspot.co.id/2010/04/struktur-dan-fungsi-nukleus.html.
Pada tanggal 29 November 2016 pukul
15:45 WITA.
______. 2011. Nukleus.
Diakses dari
http://prahastiani.blogspot.co.id/2011/04/makalah-nukleus.html. Pada tanggal 29 November 2016 pukul 15.33 WITA.
. 2014. Penjelasan
Bentuk dan Ukuran Kromosom. Diakses dari
http://www.materisma.com/2014/08/penjelasan-bentuk-dan-ukuran-kromosom.html.
Pada tanggal 29 November 2016 pukul 16:05
WITA.
______. 2015. Inti Sel.
Diakses dari
______.
2015. Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik. Diakses dari
http://www.biologipedia.com/perbedaan-sel-prokariotik-dan-eukariotik.html pada tanggal 29
November 2016 pukul 15.46 WITA.
Albert,
et all. 2010. The Essential of Cell
Biology Third Edition. USA : Taylor and Francis Group.
Campbell, Neil. A dan Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Diterjemahkan
oleh: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A, et all. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. San Francisco: Pearson Education, Inc.
Geneser, Finn. 1994. Buku
Teks Histologi. Jakarta: Binapura Aksara.
Johnson, George B. 2006. The
Living World Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.
Schlegel, Hans G dan Karin Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Diterjemahkan
oleh: R.M. Tedjo Baskoro. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Snustad,
et all. 2012. Principles of Genetics
Sixth Edition. USA : John Wiley and Sons, Inc.
Subowo. 2007. Biologi
Sel Edisi Kelima. Bandung: CV Angkasa.
Wayne
M. Becker, et all. 2004. The World of the
Cell Sixth Edition. New York: Personal Benjamin Cummings.